Jarum usia pun terus berdetak tanpa perduli apakah sang tuan memiliki kisah yang bagus untuk dijalani. Sungguh saya tidak punya sesuatu apa pun untuk saya ceritakan dalam tulisan ini. Tak ada debaran melihat seseorang, tak ada juga percikan kejengahan karena didekati.
Saya sedikit rindu juga dengan sensasi itu karena jika ini berlangsung lebih lama dari yang saya sanggup tangani, mungkin saya berubah jadi robot pekerja. Oh Tuhan, saya tak mau jadi perawan tua (guling-guling di tanah). Tak punya kehidupan pribadi untuk dihabiskan pada Sabtu Minggu kecuali menemani teman untuk membeli keperluan kantor (see, I talked about work, again) Tak punya agenda untuk dilakukan ketika sore menjelang. Hanya bertandang ke kamar kawan atau membaca novel-novel dari berbagai gendre yang sangat diyakinkan adalah fatamorgana dan fiksi saja.
(Source: here)
Lonceng atau alarm atau apapun namanya sudah berdentang keras di kepala, berteriak-teriak menyatakan bahwa ini harus dihentikan. Saya harus memulai hidup, saya harus punya tujuan hidup atau mungkin saya harus punya seseorang untuk ditambat. Tapi yang pasti saya harus berubaah, tidak seperti dulu, tidak boleh terlalu lugu, tidak boleh asal terima. Ya Ampuuun, dulu itu saya kenapa sih? Jadinya sekarang menyesalkan.
Lain kali saya juga harus dapat restu dari semua pihak dan tentu saja dari hati kecil saya. Saya harus juga suka dari dalam hati, bahkan satu bisikan kecil ketidaksetujuan saja dari bagian hati saya yang terkecil pun akan jadi bahan pertimbangan saya untuk menentukan.
Ini keadaan bahaya. Ini darurat juga. Ini tidak bisa dibawa tidur.
Hati mana hati. Sudah kelamaan musim dinginnya. Harus segera masuk musim semi.
Tapi saya harus mulai darimanaaa? Hahaha
(DY - 7 November 2014)
No comments:
Post a Comment