Saturday, December 18, 2010

First Destination: KOTA TUA (Part 1)

Pagi tadi tepatnya pukul 08:00 WIB, saya, Lia, dan Ayu menghabiskan hari dengan berjalan-jalan ke KOTA TUA. Perjalanan ini adalah rencana yang saya dan Lia buat dengan tiba-tiba di tengah derasnya pekerjaan kami. H-1, kami belum mengetahui jalur transportasi yang tepat yang akan kami tempuh, bahkan posisi KOTA TUA ada di Jakarta bagian mana saja kami nggak tau. Di sini lah letak menariknya, keinginan ke suatu tempat berbekal cerita dari orang-orang bahwa tempat tersebut menarik. Karena ini adalah tempat wisata terdekat yang bisa kami tempuh. Kami selalu mengelu-elukan istilah bacpakeran (kebetulan saya dan Lia punya hobi yang sama, yaitu bertualang). Jadi, mengapa tidak langsung saja kami kesana?

Singkat cerita, ternyata Kota Tua berada di dekat tempat kerja Ayu, jadi masalah transportasi selesai. Perjalanan ke sana kami habiskan sekitar 1 jam dengan menggunakan Busway/TransJakarta jurusan Kwitang-Harmoni-KOTA. Lalu perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar 5 menit ke site Kota Tua. Tinggal lurus saja dari perhentian Busway, atau cara mengetahui yang paling mudah adalah Bertanya kepada petugas Busway (modal mulut dan senyuman lebar doang).

Ketika kaki kami menginjak pertama kali ke kawasan itu, bangunan tua lah yang menyambut. Suasana zaman dulu sangat terasa, walau di kiri kanan jalan telah dipenuhi dengan penjual makanan, minuman, dan pernak pernik buah tangan. Jujur saja, ini pertama kalinya kami ke sana. Sehingga kami belum tahu arah terbaik kemana kaki kami harus melangkah, hanya mereka-reka kemana keramaian berada. Kami menelusuri jalan tersebut dan berhenti di sebuah lapangan besar yang telah diberi pavilin block. Tempat itu seperti pusat kegiatan wisata di Kota Tua ini dan disekeliling lapangan dipenuhi sepeda onthel yang digantungi topi berwarna warni. Sekitar 10 menit, kami hanya mondar mandir di sana, sambil sedikit mengambil gambar. Saya sedikit kecewa karena saya melihat hanya tempat itu saja yang dikelilingi jalan raya, yang berarti kawasan itu sajalah yang diberi julukan Kota Tua.

Dalam keadaan mondar-mandir, kami mencengokkan kepala ke arah salah satu barisan sepeda onthel. Dan benar saja, cengok-an kami berhasil menjerat seorang guide wisata Kota Tua (atau lebih tepatnya kami yang terjerat) yang berjalan ke arah kami bertiga, dengan memegang brosur. Sebenarnya, saya nggak sadar-sadar amat, eh si bapaknya udah ada aja di antara kami bertiga. Brosur yang dipegangnya berisi tujuan wisata yang akan kami tempuh, jika kami menggunakan jasa sepeda onthel. Dan jelast saja, kami (tepatnya saya yang awalnya kecewa beraat) terperangah mendengar luasnya kawasan sepeda onthel, eh maksudnya Kota Tua yang bisa kami tempuh (sluurrrp). Katanya bisa menghabiskan waktu antara 1-2 jam. Aseeek, kagak sia-sia saya kemari.


Bersambung (nunggu foto dulu dari Lia, biar berasa hehehe)

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...