"Tanteee, tante nanti tidurnya sama adek ya?"
"Tante, nanti tante tidurnya di sini ya!"
"Lah memang nanti adek tidur dimana?", sahut saya
"Adek tidur di sini," sambil mempersiapkan bantal di lantai. Aduuh ni anak, peka dan sangat melayani sekali.
Ini percakapan singkat saya dengan ponakan, saat Hari Raya Idul Adha kemaren. Ponakan nakal saya,kakak serta suaminya datang ke Jakarta, mengunjungi saya *ngarap* lebih tepatnya berlibur kemari. Kata Papanya, pengen bawa anak-anak naik pesawat.
Saya mau nge-zoom ke cerita Bibi, ponakan saya. Nama lengkapnya Nabila Balqis, biasa dipanggil Bibi, anak item manis kelahiran 2005, mata sipit tapi bulat, rambut cepak (kemaren pas saya tinggal, rambutnya dipotong. Pas kemaren saya singgung tentang rambutnya kok pendek juga, mamanya bilang, "seperti biasa dia guntingin lagi rambutnya sendiri"), dan rada gemukan ( ini juga, perasaan saya tinggal masih ceking, kok sekarang gemukan? cepet banget).
Bibi ini anak cerdas versi zaman sekarang. Anak yang mengungkapkan apa yang dia mau dengan caranya sendiri. Mandiri banget dan amat sangat pantang menyerah, meskipun umurnya baru 6 tahun. (Sebenarnya saya sudah cerita tentang dia di blog saya yang lain, blog versi melambai. Hehehe). Banyak cerita lucu dan menggelikan yang sering dibuatnya, berbagai versi drama untuk mendapatkan kemauanya sering dia lakoni. Mendengarnya saja saya sudah terpingkal-pingkal, apalagi saat saya jadi korban aksinya. Dalam dua hari keberadaannya di Jakarta saja, sudah ada banyak cerita.
Saat lagi menginap di sebuah Hotel di dekat Kota Tua
Bibi suka banget berenang. Nggak juga sih sebenarnya. Kata Papanya, kakaknya Gigin lebih jago berenang dan rajin latihan. Sampe 20 kali bolak balik dijabanin (OMG, saya bahkan 1 kali bolak balik aja nggak bisa, kecipak-kecipak dikit langsung tenggelam kalo nggak pake pelampung). Si Bibi malah bisa dibilang kayak ikan, nampak kolam ya pengennya nyebur. Nggak perduli apa kata orang, pokoknya nyampe-nyampe buka baju tinggal singlet dan celana dalam, lompat.
Ini reka ulang cerita dari kakak saya, yang notabene-nya mamanya Bibi. Dengan lemah gemulainya dia memencet angka nol di telepon hotel yang menghubungkannya ke meja resepsionis.
Bibi: Halo..
Resepsionis: Halo, selamat siang. Ada yang bisa dibantu?
Bibi: Oooom (ingat bacanya versi anak kecil ya!!), adek boleh mandi di kolam renang nggak?
Resepsionis: (ternyata resepsionisnya pria) Boleh
Bibi: Adek boleh berenang sama Papa adek, nggak?
Resepsionis: Boleeeh
Bibi: Tapi adek nggak bawa baju renang. Di sana ada nggak om?
Resepsionis: Ada. Tapi belinya di luar.
Bibi: Yaaah
Resepsionis: Mamanya adek ada nggak?
Bibi: Maaa, kata om-nya dia mau ngomong sama mama!!
Mama Bibi: Mama malas ngomongnya, adek aja yang ngomong (kata kakak, dia malas nerima. Paling tu resepsionis marah-marah karena diisengin si Bibi).
Bibi: Oooom, kata mama adek, mama nggak mau ngomong sama om.
Resepsionis: (DOENG!!.. kesannya dia ngejar-ngejar emaknya ni anak. Padahal niat ngomelin)..
Saat naik sepeda onthel.
Dia diboncengin Papanya, dan saya diboncengin mamanya (saya nggak biasa berkendara. Saya sih jagonya jalan kaki, kalo yang lain masih amatir). Kita naik sepeda onthel yang ada dua kayuhan. Bibi semangat banget ngayuhnya, saya yang duduk di belakang yang setara ama dia, juga semangat banget ngayuhnya. Nggak mau kalah. Sampai pada suatu titik, tiba-tiba Bibi ngomel-ngomel.
Bibi: Papa ni, Papa nggak ada ngayuh haa. Adek aja yang ngayuh sendiri.
Papanya: Eh, siapa bilang Papa nggak ngayuh. papa ngayuh kok (padahal sebelumnya papanya bilang, enak ni ada yang ngayuhin).
Tiba-tiba saat saya memacu sepeda mereka, dia langsung nangis.
bibi: Papaaaaa, ayo Pa cepat Pa. Papaaa, kayuhlah Pa. Capek adeek nii.
Bwakakak, kebiasaan di depan siih. Giliran kita pacu, jadi nggak tenang. Saat sampai di tempat peminjaman sepeda onthel, ternyata energinya belum habis juga. Dengan melobi si mas-mas penjaga sepeda (oke, Bibi nggak melobi harga, hanya melobi sepeda apa yang mau dia pakai buat main lagi di pelataran Kota Tua. Urusan bayar siih dia serahin ke mama papanya. wkwkwk). Saya ngikutin dia main. Ya ampuun, dia gigih banget belajarnya. Dari nggak bisa jadi bisa. Terus berputar bersama sepeda pinjaman sampe saya "yang baik ini" ngos-ngosan ngikutin dia bergerak ke sana kemari.
Saat sampai di Hotel di pusat kota
Ceritanya mereka pindah hotel. Berhubung si Mama pengen belanja ke Mangga Dua. Emak-emak banget lah kakak saya ini. Saat saya tanya rencana dia akan kemana kalau ke Jakarta, dia langsung me-list semua daftar tempat belanja yang akan dia kunjungi, seperti Tanah Abang, Blok M, dan Mangga Dua.
Balik lagi ke Bibi, awalnya dia masih tenang-tenang saja menyelonjorkan kaki ketika baru sampai di lobi Hotel. Namun, ketika papanya memanggil kami untuk bergabung bersama di dekat kolam renang. Tiba-tiba saja Bibi semangat banget melesat ke arah Papanya, lebih tepatnya ke kolam renang dan lupa kalau baruu saja dia terlihat kelelahan. Waktu baru saja badan saya dihempaskan ke kursi, semua perlengkapan perangnya sudah siap, yaitu singlet dan celana dalam, dan langsung melompat ke kolam renang. Sesaat dia terdiam dan terlihat kaget. Bwakakak, ternyata eh ternyata kakinya langsung terhempas ke dasar kolam yang hanya berketinggian 40 cm. Fyuuh, tu anak melompatnya berlebihan siih.
Sebenarnya kalo saya putar balik, Bibi lagi balas dendam sama papanya. Soalnya, pagi-pagi papanya cerita ke saya kalau Bibi ini malas latihan renang dibanding kakaknya. Saat itu saya lihat, dia sih cuek-cuek saja. Ternyata sekarang dia bagai kesetanan. Kecipak ke sana kemari di kolam renang yang hanya 40 cm dan juga nggak begitu lebar. Aksiennya udah luar biasa bak perenang profesional, tapi hanya sekali nyelam. Soalnya belum-belum dia sudah ada di sisi kolam yang lain.
Baruu aja beres berenang dan mandi. Saat melewati kamar mandi di lantai dasar, dia melihat arena bermain ping-pong. Dan pengen main. Weleh-weleh, tu anak energinya nggak ada habis-habisnya deeh.
Bibi: Paaa, main ping pong yok Pa.
Papa bibi: Ya udah, Bibi yang bilang yaa (si Papa udah kelihatan lelah menemani ni anak)
Dan nggak disangka-sangka, Bibi langsung aja ngeloyor ke meja resepsionis. Saya yang dalam keadaan leye-leye di kursi malas, ya cuma nelan ludah dan bernapas. Nggak lama kemudian dia datang.
Bibi: Papa, ayo cepetan ke lantai 2.
Papa: Lah, katanya berani sendirii??
Bibi: Cepatlah temenin adek. Kata om-nya ambil bolanya di atas.
Dan begitu seterusnya kegiatan kami. Melihat Bibi yang berjalan ke sana kemari cari posisi, ambil tisu, basahin pake air dan nempelin ke wajah saya. Saya minta dipijitin kepala, eh dia malah nge-facial wajah saya pake aer. heleh-heleh.
No comments:
Post a Comment