When pride is bleeding..

(Source: here)

Saat harga diri dicabik-cabik, maka rasa untuk melawan pun muncul.

Sudah kali ketiga saya melakukan negosiasi harga dengan perusahaan berbeda, dan kali ketiga juga saya cukup keras kepala dan menyampaikan apa adanya. Selalu-semua-dari yang saya ajak bernegosiasi mempertanyakan sesuatu yang kita tawarkan dengan sedikit nada sinis yang terdengar. Melelahkan. Saya harus bermuka tebal dan bermental baja untuk menerima perkataan dari mereka. Huffhhhh. Memang terkadang ada juga kelemahan dari yang saya pertahankan, namun karena saya syok berat dengan respon yang saya dapat membuat saya malah mendeking dan merespon dari apa yang mereka sampaikan.

Tetapi tadi saya sedikit merasa direndahkan. Oh Tidak, semuanya. Saya merasa direndahkan dan saya kesal. Apakah memang begini nasib kontraktooorrr, Tuhaaan? (udah tau, nanya. Memang gini kaleeee). Namun, dari semua ini, saya harus dan harus terus belajar dalam melakukan negosiasi. Terus dan terus belajar. Saat ini saya masih memakai tipe aliran keras (baca: keras kepala). Dengan waktu yang terus berjalan, dengan kesalahan yang saya lakukan, saya berharap nantinya saya akan menjadi orang yang lebih baik lagi dari sekarang.

Jika suatu saat nanti saya menjadi "Owner", maka saya akan benar-benar menerapkan tahap yang benar. Karena selama ini tahap pekerjaan yang saya lakukan selalu berantakan. Entah siapa yang tidak fokus, entah siapa yang tidak terstruktur. Mungkin saya, mungkin juga mereka. Cukup sudah saling menyalahkan. Ini saatnya memulai untuk mengumpulkan ilmu dan pemahaman menuju kebenaran (Hwahahah, terlalu banyak bacot saya akhir-akhir ini. Stress mungkin). Yaah, namanya juga harapan, harapan baik kan yang kita inginkan? Tak muluk-muluk, hanya sederhana saja.

Seperti kata pepatah: "Pengalaman adalah guru terbaik dalam kehidupan, dan kesalahan adalah guru terbaik dalam mencari pengalaman"

Negosiasi adalah bagian dari kehidupan. Harus selalu mencari jalan keluar.

(Learning Lesson for Today)