Friday, September 21, 2012

10th: Maen maen ke Puncak Antah Berantah..

Naik naik ke puncak ke gunung
Tinggi tinggi sekali

Kamis lalu saya mempraktekkan lagu ini, bedanya saya naik ke puncaknya pake angkot. Naaah, apa yang saya cari di puncak itu? Nggak ada tuh, hanya jalan aja. Niatannya muncul gara-gara semua anggota di kantor saya bukan orang asli Jakarta, akibatnya nggak ada yang ikut Pilkada Gubernur DKI Jakarta, efeknya kita coba cari pelarian daripada bengong jagain kosan yang mulai didominasi oleh nyamuk, hasilnya kita tahu rute angkot ke puncak. Taraaaaa.. Beri tepuk tangan meriaah buat saya dan teman-temaaan.

Tapi kalau kalian dengan cerdasnya nanya, bagian puncak Bogor yang mana yang kita datangi. Well, pertanyaan itu agak berat saya jawab. Sebab, hwhahhaha, kita juga nggak tahu turun di puncak bagian mana. Berhubung saya lagi bermurah hati, bagi-bagi info, bagaimana saya mencapai puncak yang antah berantah itu, maka saya jabarkan rutenya:
  • Kalo kalian orang Jakarta, naik Commuter aja ke Bogor, harga tiket 7.000 rupiah. Perjalanan memakan waktu 1 jam. Sampai di stasion, cari angkot 02 
  • Angkot 02 ini ngetemnya di depan stasion, bilang ke si supir buat diturunin di tempat angkot arah Cisarua berada. Jika beruntung, kalian diturunkan di tempat yang tepat. Harga 2.000 rupiah saja.
  • Naik angkot Cisarua sampai ke tempat dia berhenti terakhir. Memakan waktu 2 jam, sebab dibarengi dengan macet, jalannya super sempit, angkot ama kendaraan bejibun, ada yang parkir sembarangan, pokoknya kusuuut-kusuuuut banget tu jalur. Berantakan. Harganya 5.000 rupiah.
  • Dari sini naik angkot yang ngetem di sana, yaaah mereka teriak-teriak, mau kemana neng?? Teman saya bilang mau sholat, ada mesjid di atas. Jadi kita kesana. Perjalanan sekitar 30 menit. Karena si bapak pake prinsip ekonomi, Supply and Demand, kita bayar 4.000 rupiah dengan jarak segindang.
Sampai disana, kita langsung kelaparan dan memakan segala makanan yang ada di atas. Lalu main-main di kebun teh. Melakukan kegiatan tak berguna seperti berjejer di kebun teh memasang wajah ceria, memajang wajah narsis di depan kamera, dengan alasan ingin mengabadikan momen penting. Terus kelaparan lagi. Terus nunggu angkot lagi, tentunya buat turun dari puncak entah bagian mana itu, yang kata teman saya "yang penting nemu kebun teh". Terus akhirnya ada angkot yang muncul setelah sekian lama ngetem, sambil jaga iman teman saya supaya dia nggak kalap tiba-tiba pengen beli ubi cilembu yang dari tadi dipelototinnya di salah satu warung, atau hampir berniat ngarahin satu jempol ke mobil yang lewat sambil bilang: "Joki bang? Area six in one" (soalnya kita berenam, saking kahwatirnya angkot nggak ada.. bwhahaha).

Sesampai di bawah, turun buat naik angkot 09 untuk menuju suatu tempat makanan yang nggak recommended bgt, karena akhirnya kita marah-marah, sebab ni tempat rada susah dicari dan rasanya "biasaaa ajaaa". Dan setelah dari sana, si Bogor pamer air mata, ngasih tau kemampuannya sebagai kota hujan dan pulang lah kita kembali ke Jakarta. Saya masih kelaparan, jadinya beli mi lagi lah di Jakarta, ketika kereta tiba. Bwhahahah.

 Di Pucuk Teh..


Jadi intinya, jalan-jalan ini hanya ceria-ceriaan aja. Mirip-mirip aja seperti ke mall, bedanya kita milih buat ngabisin waktu di rute yang sama sekali kita nggak ngerti. Backpackeran ala tak jelas, no planning, just gone with the wind. Sampai-sampai turun di puncak apa juga nggak ngerti. Sooo..Tak usah nanya-nanya hikmah yang saya dapat di sini. Nggak jelas. Hahahha, bukan jalan-jalan yang saya cita-citakan. Kapasitasnya beda. Au Revoir!!! 

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...