Monday, March 5, 2012

Monday Chronicle

(Source: here)

Hari ini saya berdosa. Berdosa. Terpaksa sudah saya lanjutkan rencana kedua. Rencana yang baru muncul dengan tiba-tiba, gara-gara dosa yang saya buat. Sediiih, karena saya rasanya nggak pernah seperti ini sebelumnya.

Pagi yang cerah, berangkat ke kantor seperti biasa, membawa semangat baru karena laporan siap dikirim hari ini. (Semoga tidak ada masalah dengan laporan ini). Dalam perjalanan, teman sekantor saya dihubungi oleh agen yang dikontrak kantor untuk membuat passport. Bagian dosanya apa?

Bismillaah. 1. Imigrasi
Begitu status bbm yang saya tulis. Sudah membaca Bismillah pemirsaa. Tapi why why why, saya tetap membuat dosa di sini. Apa yang salah dengan saya? Kurang sedekah kah, atau kurang iman. Selama ini saya pegang baik-baik prinsip saya, kok ini pake menyimpang?

Karena semua urusan dilakukan bersama kantor, jadilah pengurusan ini lebih mudah. (Saya nggak tahu ini mudah atau enggak dibanding jalur normal atau sama saja. Secara saya nggak pernah ikut jalur normal). Jadi, karena saking mudahnya saya sangat ingin meresapi momen-momen deg-degan dalam mengantri. Intinya ingin lebih menghayati proses pembuatannya.

Dalam masa penghayatan deg-degan, teman saya berpesan: "Eh kalau kalian ditanya entar bilang aja jalan-jalan ya!". "Emang kenapa kalau bilang buat kerja?". "Katanya beda" Well sedikit tidak menjelaskan. Tapi ya sudahlah.

Dan nomor antrian saya dipanggil. A433. Dengan semangat 45 melakukan hal baru saya masuki ruang administrasinya. Dan saya dipersilahkan duduk di depan seorang wanita yang sepertinya sepantaran dengan saya. Dan pemirsaaa,, wanita ini jutek sekalii.. Hikshikshiks. Saya sapa dengan ramah: "Pagiiii mbaaak" and no answer. Nelen ludah, dalam hati "menyebalkan ni orang dikit. Tidak melayani, padahal dia kan semacam Customer Service, dan semacam nada protes lainnya". Dan pastinya di dalam hati. Saya masih belum ada nyali nyolot pas dilayani. Wkwkwkkw.

Dan bergulirlah pertanyaan dalam wawancara. Masih masang wajah jutek. Subhanallaah Mbaak, Mbaak. Ternyata secantik apapun kita, kalau jutek ama orang, tetep annoying yak? Hiks
  • Dia : "Bikin passport buat apa?" nada lurus, datar, no smile
  • Saya : (mengingat pesan teman dan tersenyum) "Buat jalan-jalan, mbak"
  • Dia : "Kemana?" *Saya nggak akan mengulangi kesan yang saya tangkap dengan si pewawancara. Intinya sama. Idem."
  • Saya : Ya, ke Singapur mbak (Yak, ini tidaklah bohong. Suatu saat saya akan kesana, sepertinya)
  • Dia : "Kapan?"
  • Saya: (mulai bingung, emang sedetail ini ya pertanyaannya. Yaah, mungkin. Apa saya harus jawab? Dan kebohongan itu pun dimulai) "Januari tahun depan, mbak" (Ini bohoooong. Saya bohoooong. Hiks hiks hiks)
  • Dia : lama banget? Dapat berapa tiketnya?
  • Saya: (Mulai kelabakan. Oooh, memang gini kali ya kalau wawancara passport. Dan saya lanjut juga bohongnya. Entah setan apa yang mengarahkan saya menjawab pertanyaan ini dan tetap berbohong). "Dapat 200 ribu, mbak"
  • Dia : PP??
  • Saya : Iya mbak. Namanya juga tiket promo. (dan saya menambahkan informasi yang rasanya tidak cukup penting. AMAT sangat g penting) "Temen saya aja ya mbak, ke Thailand dapat 300 ribu." (Info tambahan ini beneran loh)
  • Dia : "Berarti lama juga bakal dipakai?"
  • Saya: "Yaah, gpp. Buat persiapan saja." (berkilah, tapi ini nggak bohong kan ya??)

Dan percakapan itu akhirnya berakhir. Apa yang terjadi?? Saya lelah (lelah karena berbohong atas 3 hal *jan, 200ribu, promo*), tak mampu berkata-kata (ya iyalah, udah bohong), dan sedikit pucat. Saya sampai nangis dan mau balik ke meja si mbak tadi dan ingin meminta maaf kalau tadi yang saya bilang nggak bener. Namun teman saya mengatakan: "Ya udahlah Diin. Minta maafnya sama Allah saja sekarang."

Jadinya, sepanjang perjalanan Kantor Imigrasi - Kantor, saya diam dan mencoba mencari cara untuk menebus dosa. Daaan, ide itu muncul, dipicu oleh kebohongan ini.

Bismillaah 2. Searching Ticket

Ide yang berjudul Hunting Ticket Promo. Saya harus berusaha mencari tiket ke Singapura, pada bulan Januari, dan sebaiknya berharga 200 ribu, dan PP.

Saat searching, ternyata tiket promo untuk tanggal sekian belum ada. Wkwkwk. Dan nggak ada tuh harga promo yang seharga saya sebut tadi. Saya merasa sangat tidak masuk akal mencetuskan harga. Tidak ada PP seharga 200 ribu, bahkan untuk One Way saja tidak ada. Huffhhh..

Pokoknya, InsyaAllah, kalau ketemu, saya harus ke sana tahun depan. Bulan Januari, biar nggak bohong. PP dalam hari yang sama juga tidak apa-apa. Yang penting saya nggak bohong. Ya Allaaaah, ampuni sayaaaa. Hikshikshiks. Sungguh ya, jadinya perasaan saya terombang ambing. Tidak nyaman.

Saya juga berencana, suatu saat nanti, jika saya ke Kantor Imigrasi tadi, saya akan temui si Mbak itu, dan meminta maaf sama dia. Semoga dimudahkan yang ini. Hehehe. Kata teman saya: "Biasa ajalah Diin. Kadang kita perlu bohong.." Tapi Tapi Tapi.. Hiks (Saya benci diri saya saat ini, PEMBOHONG!!!).

Bismillah 3. Pause dulu memikirkan hal ini

Ya, Hal ini. Sesuatulah (pakai nada temen saya yang sok misterius, tapi saya tetep aja penasaran. wkwkwk)

Dan apa yang terjadi pemirsa? Mantan pacarnya teman saya menghubungi saya.

Pertama: dia bertanya kabar (saya bilang: baik).

Kedua: meminta dihubungkan lagi dengan teman saya (saya bilang: tak mau ikut campur)

Ketiga: mengajak nonton (tidak saya balas, kenapa jadi mengajak saya coba?? bilang-bilang sugar pula. Zzzz)

Keempat: menasehati untuk sarapan, banyak minum, lalu makan siang (tak dihiraukan)

Kelima: dia mulai senewen karena tidak dibalas. Mengungkit2 bahwa saya pernah suka sama dia (doeng.. ngekngok deh ni orang. Tak terpikirkan oleh saya, kecuali saya pernah komen ke teman saya bahwa "ya cakeplah cowok lu". Dan si polos itu bilang ke pria ini. Dan jadilah saya dibulan-bulanin dan dihantui kalau saya suka sama dia. Bujuug daaah..Stress saya..)

Keenam: menelepon dan tidak saya angkatlah. Jadinya dia mengatakan akan langsung ke kantor, mengajak Lunch (adududu,, nekad banget ni orang. Dia berkata bahwa semoga dia belum terlambat ke saya, dan dia akan buktikan. Apeee pula yang kau buktikan bung? ckckck)

Terpana. Terpana. Apa-apaan ini. Baru juga saya bilang saya mau pause begini. Mau sabar saja. Eeh, ada yang seperti ini. Kisah saya mulai kayak telenovela. Fyuuh..

Kebohongan yang satu akan membawa kepada kebohongan-kebohongan lainnya

(Saya merasakannya dan saya menyesal. Allah, maafkan saya)

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...