(Maktub - Semua sudah tertulis)
Saya akhirnya membaca buku legendaris itu, "Sang Alkemis". Berkat pengaruh seorang teman, keinginan saya untuk membaca buku itu terbangkitkan lagi, padahal sudah terkubur dengan berjalannya waktu, sejak zaman kuliah dulu, yang artinya sudah berjalan 1,5 tahun yang lalu. Sekitar 2 bulan yang lalu saya hanya menuliskannya di memo agenda saya. Saya berniat akan membelinya, tapi belum jelas waktunya.
Dan itu terwujud seminggu yang lalu, ketika saya membeli beberapa hal di Gramedia, entah kenapa saya membawa sejumlah uang kesana, padahal saya ke sana untuk keperluan kantor. Bingung karena apa yang saya cari sudah ditemukan, sementara saya harus menunggu teman saya yang ada keperluan di tempat lain, jadilah saya berjalan tanpa arah di toko buku itu.
Jeeeng, pikiran itu muncul. Awalnya saya coba mencari sendiri buku itu dan akhirnya saya bingung. Jadilah saya bertanya pada karyawannya. Saya beli dua pemirsa, satunya "Sang Alkemis" dan satu lagi "Saya lupa judulnya (wkwkwkkw, belum baca soalnya)". Dan uang yang saya bawa pas, mungkin itu suatu pertanda (berbicara bak Santiago di buku Sang Alkemis), mungkin itu Bahasa Dunia yang mengisyaratkan bahwa saya memang harus membaca buku tersebut.
Jadi setelah saya membeli, saya baru punya kesempatan membaca 5 hari setelahnya. Karena memang pekerjaan saya seminggu yang lalu menumpuk. Jadi PJ suatu Workshop. #Eaaaa, sedulu-dulunya hidup saya nggak pernah jadi penanggung jawab sebuah acara, ini sekarang tiba-tiba saya bertanggung jawab dari proposal, kontrak, laporan akhir, dan sebagainya.Tentunya dengan bantuan teman-teman lain, tanpa mereka saya bukan apa-apa, itulah Team Work, saling bahu membahu. #wink.
Apa yang saya dapat dari Sang Alkemis ini?
Intinya adalah bahwa "Kita harus mendengarkan suara hati, karena di situlah harta kita berada." Begitulah sebuah kata yang diucapkan oleh Sang Alkemis kepada Santiago, tokoh yang diceritakan dalam buku tersebut.
Semua makhluk yang ada di muka bumi ini diciptakan dengan maksud tertentu, sudah ada suatu suratan yang menceritakan jalan hidup setiap makhluk itu. Hati selalu membisikkan hal tersebut, hati selalu menyuarakan fungsi dan mimpi masing-masing kita selama kita masih kecil. Namun hati mulai kehilangan suaranya dengan semakin bertambahnya usia makhluk tersebut. Namun jika kita tetap mengejar impian kita tersebut dan itu memang ditakdirkan untuk kita, maka kita akan mendapatkannya. Maktub, sudah tertulis.
Diceritakan bahwa manusia pada umumnya mulai melupakan mimpi yang mereka bangun sewaktu kecil karena banyak faktor, sehingga jalan yang mereka tempuh berbeda dan jalan itu pun menjadi berubah. Dalam perjalannya, Santiago berusaha untuk mengenal lingkungan dia berada, dan berusaha untuk mengenal pertanda-pertanda yang merupakan Bahasa Dunia. Bahasa yang tak membutuhkan kata-kata, namun semacam pemahaman satu sama lain yang membentuk ikatan batin. Dia mulai mengenal bahasa padang pasir, angin, langit, dan banyak hal. Perjalanan itu dia lakukan untuk menggapai impian yang disuratkan untuknya. Dipaparkan bahwa kita tidak boleh menyerah dengan apa yang sudah ditakdirkan kepada kita, pemula mendapatkan keberuntungan, sementara pemenang mendapatkan ujian besar. Bahkan saat tergelap adalah saat-saat menuju fajar.
Bagaimana dengan bahasa yang digunakan?
Bahasanya yang digunakan sedikit membingungkan. Saya menangkap inti yang diceritakan tapi sedikit bingung dengan cerita yang digambarkan. Sedikit tidak mungkin. Memang benar bahwa jika berkeinginan akan sesuatu, maka seluruh alam akan bersatu padu untuk mewujudkan keinginan tersebut. Tetapi apa benar, bahwa dia bisa mengubah dirinya menjadi angin dan percakapan-percakapan antara Santiago dengan padang pasir, angin, matahari, dan tangan yang membuat segalanya.
Intinya, kepala saya pusing membacanya. Sedikit tidak masuk akal cerita yang dipaparkan dan membuat saya jadi bertanya-tanya. Ini cerita mengarah kemana ya? Apakah cerita rohani? Apa ini sebuah cerita kiasan saja? Entahlah, pokoknya saya tidak puas membacanya dan bertanya: Ini beneran gitu? Saya percaya bahwa ada pertanda-pertanda alam yang bercerita akan sesuatu, tetapi mungkin saya belum terlalu memfokuskan perhatian saya pada hal tersebut, jadi saya hanya mengambil inti sari dari cerita ini. Jangan menyerah dan berusahalah!!!
Buku ini memang menarik. Kata-kata yang digunakan mirip seperti buku motivasi lain, The Secret. Bahwa alam akan berkonspirasi mewujudkan keinginan kita. Bahwa segala sesuatu yang sudah dituliskan, bagaimanapun kita berputar-putarnya, kita akan bertemu pada titik itu, Maktub.
"Mengapa kita harus mendengarkan suara hati kita?"
"Sebab, dimana hatimu berada, di situlah hartamu berada"
(The Alkemist)
Saya jadi teringat mimpi saya untuk masuk ke sebuah perusahaan. Saya sudah gagal tes dua kali di sana. Pada buku itu ada seorang yang bercerita: dalam agamaku selalu dikatakan bahwa saat ada suatu kejadian yang hanya terjadi satu kali, maka tidak ada kejadian kedua. Namun jika kejadian itu berlangsung hingga dua kali, maka akan ada kejadian ketiga.
Pikiran saya: jadi itu saya bakal gagal lagi jika mencoba atau saya bisa lulus jika mencoba. Apakah di situ harta saya? Wkwkwk, entahlah. Apakah saya hanya jadi orang yang melupakan impiannya atau menjadi seseorang yang mengejar impian tersebut? Saya juga penasaran? Saya akan coba melihat pertanda-pertanda itu.
2 comments:
aku pengen baca sang alkemis banyak kata-kata menariknya :)
Iya, memang banyak kata-kata menariknya, mungkin lebih mirip seperti kata-kata motivasi. Kalau baca harus dalam kondisi tenang, karena terkadang kalimat yang digunakan sedikit membingungkan (jika dipikirkan secara logika).
Makasih ya sudah baca blog saya.
Post a Comment